Tragedi Perang Uhud
By Sifaa
Tragedi Uhud terjadi kurang lebih setahun lebih satu minggu setelah menangnya Pasukan Muslim menang pada perang Badar. Pasukan Madinah menerima kemenangan atas terjadinya perang
yang berkecamuk. Sementara itu, pasukan Mekkah dibakar oleh bara
kebencian yang membuncah akibat dari kalahnya perang badar.
Tidak sedikit pemimpin dan bangsawan yang terbunuh dan
prajuritnya yang ditawan. Meskipun begitu orang-orang Quraisy tidak ingin
meratapi kekalahannya sehingga bisa menimbulkan pengambilan sikap yang
terburu-buru.
Atas kekalahannya tersebut, kaum Quraisy sepakat untuk
melancarkan serangan habis-habisan agar kebencian dan dendam kesumatnya
terbalaskan. Mereka melakukan persiapan dengan matang dan
membuat seruan kepada orang-orang Quraisy yang memiliki banyak harta. Allah menurunkan firman-Nya pada Qur’an surat Al-Anfal:36 : "Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesali sendiri, dan akhhirnya mereka akan dikalahkan.."
Setelah genap 1 tahun mengumpulkan persiapan pada perang
selanjutnya; terhimpun 3000 pasukan, 15 wanita, 3000 unta, 200 penunggang kuda
dan 700 prajurit yang dilengkapi baju besi.
Komando tertinggi pada perang Badar dipegang oleh Abu Sufyan
bin Harb. sedangkan Komando pasukan Berkuda dipegang oleh Khalid bin Walid
serta dibantu oleh Ikrimah bin Abu Jahal dan Bendera perang diserahkan kepada
Abdi Dar.
Persiapan Kaum
Muslimin
Setelah mengetahui akan adanya perang kedua, Rasulullah
dengan sigap mengirimkan Al Abbas bin Abi Mutholib untuk menjadi mata-mata
pasukan Quraisy. dari mulai persiapan hingga mereka berangkat ke Madinah.
setelah hari-hari mendekati peperangan, Al-Abbas dengan cekatan mengirimkan
surat yang berisikan kabar bahwa Pasukan Quraisy akan berangkat menuju Madinah.
Disamping itu, sekolompok kaum Anshar selalu siaga
melindungi Rasulullah dari kaum Quraisy. dengan persenjataan yang setia melekat
pada tubuhnya bahkan sekalipun hendak melakukan shalat.
Setelah mendengar kabar pasukan Mekkah sampai di Madinah,
Rasulullah segera menggelar musyawarah militer tertinggi. Beliau mulai
berselancar dalam menyusun strategi peperangan.
Didalam musyawarah, terjadinya silang pendapat adalah hal
yang Wajar. Hal ini sempat terjadi pada Musyawarah militer. Abdullah bin Ubay
dengan para Sahabat terjadi silang pendapat, antara menetap di Madinah dan
keluar dari Madinah. Abdullah bin Ubay dengan ngototnya ingin tetap menetap di
Madinah, alih-alih menyetujui pendapat Rasul, padahal dia adalah dedengkot
munafik dari pemuka Khazraj, dia hendak menghindari peperangan dan Allah menghendaki
kehinaan bagi dirinya dihadapan orang-orang Muslim. dan keputusan yang diambil
Rasulullah adalah keluar dari Madinah dan perang menghadapi musuh.
Pembagiaan pasukan
Setelah shalat jumat dilaksanakan bersama-sama, Rasulullah
menyampaikan Nasihat dengan penuh semangat yang membara. beliau menyampaikan
bahwa selama kita mau “Bersabar” maka “Kemenangan” akan kita raih.
Setelah itu, kemudian beliau membagi pasukannya menjadi 3
kelompok yaitu; kelompok Muhajirin menjaga Bendera yang dipegang oleh Mush’ab
bin Amir al-Abdar. Kelompok bani Aus dari Anshar, benderanya diserahkan
kepada Usaid bin Hudhair dan Kelompok bani Khazraj dari Anshar benderanya
diserahkan kepada al-hubbab bin al-Mundzir.
Pasukan muslim berjumlah 1000 orang prajurit. Yang mengenakan baju besi berjumlah 100 prajurit. tidak ada pasukan penunggang kuda,
yang ada hanyalah pemanah yang mahir. Dua prajurit mengawal Rasulullah ialah
Sa’ad bin Mu’adz dan Sa’ad bin Ubadah.
Kemudian, Rasulullah melakukan inspeksi pasukan. beberapa
dari prajurit dipulangkan karena terpaut usia yang masih sangat muda. hanya
Rafi’ bin Khadiz dan Samurah bin Jundab yang diizinkan Rasulullah untuk
mengikuti peperangan ini.
Pro Kontra pasukan Muslim
Setelah pasukan muslim kian mendekati tempat peperangan,
beberapa pasukan mengkhianati Rasul. Terjadilah 2 kubu antara pro dan kontra. Pasukan
muslim pro mereka memilih jalan yang Rasulullah tempuh, dan ¼ pasukan muslim
kontra yang dikomandoi oleh Abdullah bin Ubay memilih keluar dari shaf dan
kembali ke Madinah.
Terjadinya peristiwa ini membuat mental umat muslim down. diantaranya ialah golongan Bani Haritsah dari Aus dan Bani Salimah dari Khazraj, namun Allah segera menguasai hati-hati mereka dan tetap mengikuti peperangan ini. Atas peristiwa ini Allah menurunkan firman-Nya dalam Q.S. Ali-Imran: 122 dan 161:
"Ketika dua golongan dari pihak kamu ingin mundur karena takut, padahal Allah adalah penolong mereka. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal."(Q.S Ali Imran:122)
"Dan tidak mungkin seorang Nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizhalimi."(Q.S Ali-Imran:161).
Sesampainya perjalanan di kaki bukit Uhud bersama 700
prajurit. Rasulullah membangun strategi dengan mengambil posisi di tengah,
posisi menghadap ke arah Madinah dan membelakangi Uhud. Beliau menempatkan
tempat-tempat strategis untuk prajuritnya mulai dari brigade pemanah ulung
ditempatkan di atas bukit uhud, pasukan sayap kanan kaum muslimin dipimpin oleh
al-Mundzir bin Amr, sayap kiri dipimpin oleh Zubair bin Awwam dan prajurit
gagah perkasa, hebat dan memiliki track record yang luas ditempatkan pada shaf
terdepan.
Pecahnya Pertempuran
Setelah semua siasat dilakukan oleh kedua belah pihak antara
kaum muslimin dan kaum Quraisy. sedang komando tertinggi kaum muslim adalah
Rasulullah dan kaum Quraisy di komandoi oleh Abu Sufyan Shakhra bin Harb.
waktu peperangan semakin dekat, kedua belah pihak saling
mendekat dan yang pertama kali menyulut peperangan adalah Thalhah bin Abu Thalhah
al-Abdari, dia keluar mengajak adu tanding kaum muslim. setelah melihat itu,
akhirnya Zubair keluar dan menerima tantangan Thalhah bin Abu Thalhah
al-Abdari.
Maka pertempuran demi pertempuran pun terjadi dan kian
memanas. Pertumpahan darah diantara kedua belah pihak semakin berkobar. Setiap
titik Uhud menjadi medan pertempuran yang mengenaskan.
Hamzah bin Abdul Mutholib berhasil mematahkan tangannya Abu
Syaibah hingga terputus. Disambung Sa’ad bin Abi Waqash yang berhasil
mendaratkan anak panahnya tepat mengenai tenggorokan Abu Sa’ad bin Abu Thalhah.
Prajurit yang bergiliran memegang bendera satu per satu terbunuh oleh prajurit
muslim hingga akhirnya ketika bendera dipegang oleh Shu’ab diapun terbunuh dan
bendera kaum Quraisy jauh tergeletak di tanah.
Kemudian tampaklah Abu Dujanah dengan sorban merah di
kepalanya, dan dengan pedang pemberian Rasulullah, ia menyabet
prajurit-prajurit Quraisy. dititik lain terlihat Hamzah bagaikan singa yang
sedang mengamuk, ia menerobos pasukan musuh dan membunuh jago-jago dari pihak
musuh. Namun naas sekali tidak lama kemudian Hamzah terbunuh oleh Wahsyi bin
Harb dengan tombaknya yang mengenai perut sebelah bawah hingga menembus
selangkangan. ketika mayat Hamzah tergeletak ada satu perempuan yaitu Hindun
bin Utbah yang sedang mencabik-cabik mayat Hamzah, ia mengambil jantungnya,
memotong telinga dan hidungnya lalu dijadikannya hiasan gelang kaki dan kalung.
Tidak hanya Hamzah, beberapa mayat prajurit muslim lainnya pun dicincang bahkan
ada yang memotong kemaluannya.
Pasukan Muslim berhasil menguasai medan pertempuran yang
kian berkecamuk. Namun sayang di sayang ketika satu langkah lagi pasukan muslim akan memenangkan peperangan tersebut, para
brigade pemanah hendak turun dari bukit dan mengumpulkan harta rampasan perang.
Mereka lupa akan ultimatum yang diberikan oleh Rasulullah. Hal ini menyebabkan keadaan
berbalik dan kondisi ini dibaca oleh pasukan musyrikin sehingga mereka
menyerang dari belakang dan Abdullah bin Zubair yang ditugaskan untuk
mengomandoi tim brigade pemanah tidak sanggup mempertahankan posisi mereka.
Pasukan muslim kewalahan.
Ketika kondisi pasukan terjepit, banyak dari mereka yang
kehilangan kendali, tanpa berpikir lama lagi mereka pergi dari medan
pertempuran dan menyelamatkan diri masing-masing.
Sementara itu, Ibnu Sakan salah satu prajurit sekaligus
sahabat yang mendampingi Rasulullah terbunuh. dari sembilan sahabat yang
mendampingi Rasulullah, tersisa dua orang sahabat Muhajirin yaitu Thalhah bin
Ubaidillah dan Sa’ad bin Abu Waqqash.
Pada saat kondisi kritis tersebut, Utbah bin Abu Waqqash
melempari Rasulullah dengan batu sehingga mengenai lambung dan gigi seri kanan
sebelah bawah. kemudian Abdullah bin Syihab az-Zuhry mendekati dan memukul
kening beliau hingga terluka, disambung penunggang kuda yang bringas yaitu
Abdullah bin Qami’ah, dia memukul pundak beliau dengan pedang, pukulan yang
sangat keras hingga rasa sakitnya sampai satu bulan lamanya. ditambah dia
memukul tulang pipi beliau sekeras pukulan yang pertama. Rasulullah
berkata,”semoga Allah menghinakanmu (Aqma’akallahu)."
Setelah Mush’ab bin Umair terbunuh setelah perang hebat
melawan Ibnu Qami’ah, Rasulullah kemudian menyerahkan benderanya kepada Ali bin
Abi Thalib. Kemudian beliau bertempur hebat dengan heroisme dan semangat membara
tiada tandingannya.
Saat pertempuran sedang berkecamuk begitu hebatnya, pasukan
Muslimin dihinggapi rasa kantuk yang teramat sangat. Hal ini merupakan anugerah
dari Allaah sebagai penenang mereka. hal ini telah disebutkan dalam Al-Qur’an.
Thalhah berkata “pada perang uhud aku merasakan kantuk yang begitu hebat,
sehingga pedangku terlepas dari tanganku, lalu aku memungutnya kembali. kemudian
rasa kantuk itu datang lagi dan aku kembali memungut pedangku.”
Setelah perang mereda, Rasulullah dan pasukan muslim kembali
ke markas dan menyeru pasukannya untuk berkumpul. kemudian menelusuri korban
dan mayat para syuhada, dikumpulkan lalu dikuburkan.
Setelah penguburan selesai, beliau membawa sisa pasukannya
untuk kembali ke Madinah. Pada sore hari, sabtu tanggal 7 Syawal tahun ketiga
hijriah, Rasulullah tiba di Madinah.
Beberapa riwayat sepakat bahwa jumlah korban terbunuh kaum
muslimin sebanyak 70 orang. Sedangkan kaum Musyrikin, Ibnu Ishaq mengatakan
jumlah korban sebanyak 22 orang. Tetapi terdapat pendapat lain mengatakan bahwa
korban yang terbunuh sebanyak 37 orang.
Hikmah dan Tujuan
dari Perang Uhud;
Al-Qur’an turut menyoroti setiap peristiwa penting yang
terjadi dalam peperangan ini. Tahapan demi tahapan dibahas dalam al-qur’an.
Bahkan sisi lemah ditengah-tengah pasukan muslim pun turut dibahas. Terlebih
lagi jika dikaitkan dengan tujuan utama yang hendak diraih oleh umat muslim
dalam peperangan ini.
Tidak hanya itu, Al-Qur’an juga menyoroti kaum munafik.
bahkan Al-Qur’an mencela serta menyingkap kedok permusuhan mereka terhadap
Allah dan Rasul-Nya.
Ada 60 ayat dalam surah Ali Imran yang mengupas tentang
Perang Uhud. dimulai dari ayat 121-179.
Hikmah Rabbaniyah perang Uhud;
1. Pentingnya untuk Sami’na wa Atho’na terhadap Qiyadah (pemimpin).
Terlebih ketika dalam suasana genting.
2. Setiap Nabi dan Rasul masing-masing akan mendapatkan
ujian. Ketika ujian menempa, apabila ia menang maka dia akan tahu siapa yang
benar-benar setia pada Nabi dan Rasul juga Allah. Tapi jika kalah, ia pun akan tahu siapa yang khianat pada Nabi dan Rasul juga Allah
3. Kemenangan yang tertunda dapat menghancurkan dan
meluluhkan kehebatan. Maka tugas orang muslim adalah bersabar akan janji Allah.
4. Orang yang berkorban dijalan Allaah, maka dia akan
ditempatkan di tempat yang mulia. Dan untuk mencapai kedudukan tersebut, tidak
dapat dicapai dengan Kemudahan.
5. Mati syahid merupakan maqam tertinggi. Dan inilah yang
Allaah hendaki bagi orang-orang yang beriman.