Sabtu, 14 November 2020

Perang Uhud: Pemanah ulung, Lupa akan Ultimatum Rasulullah

 Tragedi Perang Uhud

By Sifaa

Tragedi Uhud terjadi kurang lebih setahun lebih satu minggu setelah menangnya Pasukan Muslim menang pada perang Badar. Pasukan Madinah menerima kemenangan atas terjadinya perang yang berkecamuk. Sementara itu, pasukan Mekkah dibakar oleh bara kebencian yang membuncah akibat dari kalahnya perang badar.

Tidak sedikit pemimpin dan bangsawan yang terbunuh dan prajuritnya yang ditawan. Meskipun begitu orang-orang Quraisy tidak ingin meratapi kekalahannya sehingga bisa menimbulkan pengambilan sikap yang terburu-buru.

Atas kekalahannya tersebut, kaum Quraisy sepakat untuk melancarkan serangan habis-habisan agar kebencian dan dendam kesumatnya terbalaskan. Mereka melakukan persiapan dengan matang dan membuat seruan kepada orang-orang Quraisy yang memiliki banyak harta. Allah menurunkan firman-Nya pada Qur’an surat Al-Anfal:36 : "Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesali sendiri, dan akhhirnya mereka akan dikalahkan.."

Setelah genap 1 tahun mengumpulkan persiapan pada perang selanjutnya; terhimpun 3000 pasukan, 15 wanita, 3000 unta, 200 penunggang kuda dan 700 prajurit yang dilengkapi baju besi.

Komando tertinggi pada perang Badar dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb. sedangkan Komando pasukan Berkuda dipegang oleh Khalid bin Walid serta dibantu oleh Ikrimah bin Abu Jahal dan Bendera perang diserahkan kepada Abdi Dar.

Persiapan Kaum Muslimin

Setelah mengetahui akan adanya perang kedua, Rasulullah dengan sigap mengirimkan Al Abbas bin Abi Mutholib untuk menjadi mata-mata pasukan Quraisy. dari mulai persiapan hingga mereka berangkat ke Madinah. setelah hari-hari mendekati peperangan, Al-Abbas dengan cekatan mengirimkan surat yang berisikan kabar bahwa Pasukan Quraisy akan berangkat menuju Madinah.

Disamping itu, sekolompok kaum Anshar selalu siaga melindungi Rasulullah dari kaum Quraisy. dengan persenjataan yang setia melekat pada tubuhnya bahkan sekalipun hendak melakukan shalat.

Setelah mendengar kabar pasukan Mekkah sampai di Madinah, Rasulullah segera menggelar musyawarah militer tertinggi. Beliau mulai berselancar dalam menyusun strategi peperangan.

Didalam musyawarah, terjadinya silang pendapat adalah hal yang Wajar. Hal ini sempat terjadi pada Musyawarah militer. Abdullah bin Ubay dengan para Sahabat terjadi silang pendapat, antara menetap di Madinah dan keluar dari Madinah. Abdullah bin Ubay dengan ngototnya ingin tetap menetap di Madinah, alih-alih menyetujui pendapat Rasul, padahal dia adalah dedengkot munafik dari pemuka Khazraj, dia hendak menghindari peperangan dan Allah menghendaki kehinaan bagi dirinya dihadapan orang-orang Muslim. dan keputusan yang diambil Rasulullah adalah keluar dari Madinah dan perang menghadapi musuh.

Pembagiaan pasukan

Setelah shalat jumat dilaksanakan bersama-sama, Rasulullah menyampaikan Nasihat dengan penuh semangat yang membara. beliau menyampaikan bahwa selama kita mau “Bersabar” maka “Kemenangan” akan kita raih.

Setelah itu, kemudian beliau membagi pasukannya menjadi 3 kelompok yaitu; kelompok Muhajirin menjaga Bendera yang dipegang oleh Mush’ab bin Amir al-Abdar. Kelompok bani Aus dari Anshar, benderanya diserahkan kepada Usaid bin Hudhair dan Kelompok bani Khazraj dari Anshar benderanya diserahkan kepada al-hubbab bin al-Mundzir.

Pasukan muslim berjumlah 1000 orang prajurit. Yang mengenakan baju besi berjumlah 100 prajurit. tidak ada pasukan penunggang kuda, yang ada hanyalah pemanah yang mahir. Dua prajurit mengawal Rasulullah ialah Sa’ad bin Mu’adz dan Sa’ad bin Ubadah.

Kemudian, Rasulullah melakukan inspeksi pasukan. beberapa dari prajurit dipulangkan karena terpaut usia yang masih sangat muda. hanya Rafi’ bin Khadiz dan Samurah bin Jundab yang diizinkan Rasulullah untuk mengikuti peperangan ini.

Pro Kontra pasukan Muslim 

Setelah pasukan muslim kian mendekati tempat peperangan, beberapa pasukan mengkhianati Rasul. Terjadilah 2 kubu antara pro dan kontra. Pasukan muslim pro mereka memilih jalan yang Rasulullah tempuh, dan ¼ pasukan muslim kontra yang dikomandoi oleh Abdullah bin Ubay memilih keluar dari shaf dan kembali ke Madinah.

Terjadinya peristiwa ini membuat mental umat muslim down. diantaranya ialah golongan Bani Haritsah dari Aus dan Bani Salimah dari Khazraj, namun Allah segera menguasai hati-hati mereka dan tetap mengikuti peperangan ini. Atas peristiwa ini Allah menurunkan firman-Nya dalam Q.S. Ali-Imran: 122 dan 161: 

"Ketika dua golongan dari pihak kamu ingin mundur karena takut, padahal Allah adalah penolong mereka. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal."(Q.S Ali Imran:122)

"Dan tidak mungkin seorang Nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizhalimi."(Q.S Ali-Imran:161).

Sesampainya perjalanan di kaki bukit Uhud bersama 700 prajurit. Rasulullah membangun strategi dengan mengambil posisi di tengah, posisi menghadap ke arah Madinah dan membelakangi Uhud. Beliau menempatkan tempat-tempat strategis untuk prajuritnya mulai dari brigade pemanah ulung ditempatkan di atas bukit uhud, pasukan sayap kanan kaum muslimin dipimpin oleh al-Mundzir bin Amr, sayap kiri dipimpin oleh Zubair bin Awwam dan prajurit gagah perkasa, hebat dan memiliki track record yang luas ditempatkan pada shaf terdepan.

Pecahnya Pertempuran

Setelah semua siasat dilakukan oleh kedua belah pihak antara kaum muslimin dan kaum Quraisy. sedang komando tertinggi kaum muslim adalah Rasulullah dan kaum Quraisy di komandoi oleh Abu Sufyan Shakhra bin Harb.

waktu peperangan semakin dekat, kedua belah pihak saling mendekat dan yang pertama kali menyulut peperangan adalah Thalhah bin Abu Thalhah al-Abdari, dia keluar mengajak adu tanding kaum muslim. setelah melihat itu, akhirnya Zubair keluar dan menerima tantangan Thalhah bin Abu Thalhah al-Abdari.

Maka pertempuran demi pertempuran pun terjadi dan kian memanas. Pertumpahan darah diantara kedua belah pihak semakin berkobar. Setiap titik Uhud menjadi medan pertempuran yang mengenaskan.

Hamzah bin Abdul Mutholib berhasil mematahkan tangannya Abu Syaibah hingga terputus. Disambung Sa’ad bin Abi Waqash yang berhasil mendaratkan anak panahnya tepat mengenai tenggorokan Abu Sa’ad bin Abu Thalhah. Prajurit yang bergiliran memegang bendera satu per satu terbunuh oleh prajurit muslim hingga akhirnya ketika bendera dipegang oleh Shu’ab diapun terbunuh dan bendera kaum Quraisy jauh tergeletak di tanah.

Kemudian tampaklah Abu Dujanah dengan sorban merah di kepalanya, dan dengan pedang pemberian Rasulullah, ia menyabet prajurit-prajurit Quraisy. dititik lain terlihat Hamzah bagaikan singa yang sedang mengamuk, ia menerobos pasukan musuh dan membunuh jago-jago dari pihak musuh. Namun naas sekali tidak lama kemudian Hamzah terbunuh oleh Wahsyi bin Harb dengan tombaknya yang mengenai perut sebelah bawah hingga menembus selangkangan. ketika mayat Hamzah tergeletak ada satu perempuan yaitu Hindun bin Utbah yang sedang mencabik-cabik mayat Hamzah, ia mengambil jantungnya, memotong telinga dan hidungnya lalu dijadikannya hiasan gelang kaki dan kalung. Tidak hanya Hamzah, beberapa mayat prajurit muslim lainnya pun dicincang bahkan ada yang memotong kemaluannya.

Pasukan Muslim berhasil menguasai medan pertempuran yang kian berkecamuk. Namun sayang di sayang ketika satu langkah lagi pasukan  muslim akan memenangkan peperangan tersebut, para brigade pemanah hendak turun dari bukit dan mengumpulkan harta rampasan perang. Mereka lupa akan ultimatum yang diberikan oleh Rasulullah. Hal ini menyebabkan keadaan berbalik dan kondisi ini dibaca oleh pasukan musyrikin sehingga mereka menyerang dari belakang dan Abdullah bin Zubair yang ditugaskan untuk mengomandoi tim brigade pemanah tidak sanggup mempertahankan posisi mereka. Pasukan muslim kewalahan.

Ketika kondisi pasukan terjepit, banyak dari mereka yang kehilangan kendali, tanpa berpikir lama lagi mereka pergi dari medan pertempuran dan menyelamatkan diri masing-masing.

Sementara itu, Ibnu Sakan salah satu prajurit sekaligus sahabat yang mendampingi Rasulullah terbunuh. dari sembilan sahabat yang mendampingi Rasulullah, tersisa dua orang sahabat Muhajirin yaitu Thalhah bin Ubaidillah dan Sa’ad bin Abu Waqqash.

Pada saat kondisi kritis tersebut, Utbah bin Abu Waqqash melempari Rasulullah dengan batu sehingga mengenai lambung dan gigi seri kanan sebelah bawah. kemudian Abdullah bin Syihab az-Zuhry mendekati dan memukul kening beliau hingga terluka, disambung penunggang kuda yang bringas yaitu Abdullah bin Qami’ah, dia memukul pundak beliau dengan pedang, pukulan yang sangat keras hingga rasa sakitnya sampai satu bulan lamanya. ditambah dia memukul tulang pipi beliau sekeras pukulan yang pertama. Rasulullah berkata,”semoga Allah menghinakanmu (Aqma’akallahu)."

Setelah Mush’ab bin Umair terbunuh setelah perang hebat melawan Ibnu Qami’ah, Rasulullah kemudian menyerahkan benderanya kepada Ali bin Abi Thalib. Kemudian beliau bertempur hebat dengan heroisme dan semangat membara tiada tandingannya.

Saat pertempuran sedang berkecamuk begitu hebatnya, pasukan Muslimin dihinggapi rasa kantuk yang teramat sangat. Hal ini merupakan anugerah dari Allaah sebagai penenang mereka. hal ini telah disebutkan dalam Al-Qur’an. Thalhah berkata “pada perang uhud aku merasakan kantuk yang begitu hebat, sehingga pedangku terlepas dari tanganku, lalu aku memungutnya kembali. kemudian rasa kantuk itu datang lagi dan aku kembali memungut pedangku.”

Setelah perang mereda, Rasulullah dan pasukan muslim kembali ke markas dan menyeru pasukannya untuk berkumpul. kemudian menelusuri korban dan mayat para syuhada, dikumpulkan lalu dikuburkan.

Setelah penguburan selesai, beliau membawa sisa pasukannya untuk kembali ke Madinah. Pada sore hari, sabtu tanggal 7 Syawal tahun ketiga hijriah, Rasulullah tiba di Madinah.

Beberapa riwayat sepakat bahwa jumlah korban terbunuh kaum muslimin sebanyak 70 orang. Sedangkan kaum Musyrikin, Ibnu Ishaq mengatakan jumlah korban sebanyak 22 orang. Tetapi terdapat pendapat lain mengatakan bahwa korban yang terbunuh sebanyak 37 orang.

Hikmah dan Tujuan dari Perang Uhud;

Al-Qur’an turut menyoroti setiap peristiwa penting yang terjadi dalam peperangan ini. Tahapan demi tahapan dibahas dalam al-qur’an. Bahkan sisi lemah ditengah-tengah pasukan muslim pun turut dibahas. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan tujuan utama yang hendak diraih oleh umat muslim dalam peperangan ini.

Tidak hanya itu, Al-Qur’an juga menyoroti kaum munafik. bahkan Al-Qur’an mencela serta menyingkap kedok permusuhan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Ada 60 ayat dalam surah Ali Imran yang mengupas tentang Perang Uhud. dimulai dari ayat 121-179.

Hikmah Rabbaniyah perang Uhud;

1. Pentingnya untuk Sami’na wa Atho’na terhadap Qiyadah (pemimpin). Terlebih ketika dalam suasana genting. 

2. Setiap Nabi dan Rasul masing-masing akan mendapatkan ujian. Ketika ujian menempa, apabila ia menang maka dia akan tahu siapa yang benar-benar setia pada Nabi dan Rasul juga Allah. Tapi jika kalah, ia pun akan tahu siapa yang khianat pada Nabi dan Rasul juga Allah

3. Kemenangan yang tertunda dapat menghancurkan dan meluluhkan kehebatan. Maka tugas orang muslim adalah bersabar akan janji Allah.

4. Orang yang berkorban dijalan Allaah, maka dia akan ditempatkan di tempat yang mulia. Dan untuk mencapai kedudukan tersebut, tidak dapat dicapai dengan Kemudahan.

5. Mati syahid merupakan maqam tertinggi. Dan inilah yang Allaah hendaki bagi orang-orang yang beriman. 


Sumber: Shahih Sirah Nabawiyah - Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury